Masalah aurat
wanita merupakan suatu tajuk perbincangan yang besar dan memakan ruang yang banyak. Ia
merangkumi konsep aurat itu sendiri, batas-batas yang ditentukan,ada
dalam sholat atau dalam
kehidupan biasa. Bahkan perbincangan tentang aurat dalam kehidupan biasa akan
merangkumi pula keadaan yang bermacam-rnacam, seperti sewaktu berada seorang
diri di ternpat tertutup atau di dalam gelap, di hadapan mahram, bersama
perempuan muslimah, bersama perempuan bukan Islam dan akhirnya di hadapan lelaki
bukan mahram.
Selain itu terdapat persoalan-persoalan lain
lagi yang berkaitan seperti masalah aurat
dalam keadaan darurat, berhias dan sebagainya. Makalah ini
tidak rnerangkumi sernua persoalan-persoalan tersebut. Makalah ini hanya merangkumi
perbincangan tentang konsep aurat wanita itu sendiri dan apakah batas-batasnya
sewaktu berada di hadapan lelaki bukan mahram.
Tujuannya ialah untuk mengelak
perbincangannya menjadi terlalu panjang dan sesuai pula dengan
apa yang lebih penting untuk diuraikan.
Definisi Aurat
Aurat secara bahasa bermakna
“An-Naqsu” yang berarti kurang atau aib adapun secara istilah sesuatu yang
tidak diboleh dilihat atau dipertontonkan. Menutup aurat wajib hukumnya dan ini
telah menjadi kesepakatan para ulama baik klasik maupun kontemporer.
Hal ini berdasarkan hadist Nabi:
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
Hal ini berdasarkan hadist Nabi:
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Aisyah meriwayatkan, bahwa
saudaranya yaitu Asma’ binti Abubakar pernah masuk di rumah Nabi dengan
berpakaian tipis (transparan) sehingga tampak kulitnya. Kemudian beliau
berpaling dan mengatakan: “Hai Asma’! Sesungguhnya seorang perempuan apabila
sudah datang waktu haidh, tidak patut diperlihatkan tubuhnya, melainkan ini dan
sambil ia menunjuk muka dan dua tapak tangannya”. (HR. Abu Daud no 3580).
Adapun pengertian lain tentang
aurat yaitu, Aurat
diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti
keaiban. Manakala dalam istilah feqah pula aurat diartikan sebagai bahagian
tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Aurat
adalah kemaluan dan semua hal yang dapat menimbulkan rasa malu apabila
terlihat. Aurat merupakan perhiasan yang wajib ditutupi dari orang-orang yang
tidak berhak untuk melihatnya dan atau menikmatinya. Rasulullah SAW. pernah
mengingatkan kepada kita bahwa,
الْمَرْأَةُ
عَوْرَةٌ، وَبِأَنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِـهَا اسْتَشْـرَ فَهَا
الشَّيْـطَانُ
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka
syaithan akan menghiasinya.” (Riwayat
Tirmidzi no. 1173, Ibnu Khuzaimah III/95 dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul
Kabiir no. 10115, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma.)
Batas-Batas Aurat
Ibnu
Rusyd dalam kitabnya Bidayah al-Mujtahid menyebut para fuqaha berbeda
pendapat tentang batas aurat wanita. Kata beliau:
حد
العورة من المرأة فأكثر العلماء على أن بدنها كله عورة ما خلا الوجه والكفين وذهب
أبو حنيفة إلى أن قدمها ليست بعورة وذهب أبو بكر بن عبد الرحمن وأحمد إلى أن
المرأة كلها عورة.
jumhur ulama berpendapat seluruh tubuh wanita itu aurat kecuali muka dan dua
tapak tangan. Abu hanifah
pula berpendapat kaki bukan aurat. Sementara abu bakar bin Abdurrahman dan Ahmad
Ibn
hanbal berpendapat semua tubuh wanita itu aurat
tanpa kecuali.
Sebab
Ikhtilaf
وسبب
الخلاف في ذلك احتمال قوله تعالى: {وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ
مِنْهَا} هل هذا المستثنى المقصود منه أعضاء محدودة أم إنما المقصود به ما
لا يملك ظهوره؟ فمن ذهب إلى أن المقصود من ذلك ما لا يملك ظهوره ثم الحركة قال
بدنها كله عورة حتى ظهرها واحتج لذلك بعموم قوله تعالى: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ} الآية ومن رأى أن
المقصود من ذلك ما جرت به العادة بأنه لا يستر وهو الوجه والكفان ذهب إلى أنهما
ليسا بعورة واحتج لذلك بأن المرأة ليست تستر وجهها في الحج.
Perselisihan mereka
adalah dalam memahami pengecualian dalam ayat ini, apakah yang dimaksud adalah anggota
tubuh tertentu, atau maksudnya adalah apa yang tidak bisa dihindari tampaknya
ketika bergerak. Bagi yang berpendapat maksud pengecualian dari ayat ini
adalah apa yang tidak bisa dihindari tampaknya ketika bergerak, mereka memahami
seluruh tubuh wanita adalah aurat termasuk wajah. Mereka berhujjah dengan
keumuman firman Allah ta’ala dalam surah al-Ahzab ayat 59.
Sedangkan bagi yang
berpendapat maksud pengecualian dari ayat ini adalah anggota tubuh tertentu,
maka mereka memahami bahwa menurut kebiasaan (العادة), anggota tubuh yang tidak
tertutup adalah wajah dan dua telapak tangan, sehingga dua anggota tubuh
tersebut bukanlah aurat. Mereka berhujjah bahwa para wanita tidak menutup
wajahnya ketika berhaji. Demikian penjelasan dari Ibn Rusyd.
Batasan Aurat Wanita dalam Fiqh Hanafi
وبدنها
كله عورة إلا وجهها وكفيها وقدميها
Dan setiap badannya adalah
aurat kecuali wajah,telapak tangan dan kedua kakinya.
(الأشباه
و النظائر-حنفي dalam bab أحكام
الأنثى)
فَلَا يَحِلُّ النَّظَرُ
لِلْأَجْنَبِيِّ مِنْ الْأَجْنَبِيَّةِ الْحُرَّةِ إلَى سَائِرِ بَدَنِهَا إلَّا
الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ لِقَوْلِهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى { قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ
يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ } إلَّا أَنَّ النَّظَرَ إلَى مَوَاضِعِ الزِّينَةِ
الظَّاهِرَةِ وَهِيَ الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ رُخِّصَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَلَا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } وَالْمُرَادُ مِنْ الزِّينَةِ
مَوَاضِعُهَا وَمَوَاضِعُ الزِّينَةِ الظَّاهِرَةِ الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ فَالْكُحْلُ
زِينَةُ الْوَجْهِ وَالْخَاتَمُ زِينَةُ الْكَفِّ وَلِأَنَّهَا تَحْتَاجُ إلَى
الْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَالْأَخْذِ وَالْعَطَاءِ وَلَا يُمْكِنُهَا ذَلِكَ
عَادَةً إلَّا بِكَشْفِ الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ فَيَحِلُّ لَهَا الْكَشْفُ
وَهَذَا قَوْلُ أَبِي حَنِيفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَرَوَى الْحَسَنُ عَنْ
أَبِي حَنِيفَةَ رَحِمَهُمَا اللَّهُ أَنَّهُ يَحِلُّ النَّظَرُ إلَى
الْقَدَمَيْنِ أَيْضًا .)
بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع(
Laki-laki
asing (bukan mahram) tidak boleh melihat
perempuan yang tidak mahram yang merdeka (bukan hamba sahaya), tidak boleh
melihat seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, berdasarkan firman Allah,”
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan
pandangan mereka” kecuali melihat ke tempat-tempat perhiasan yang tampak, yaitu wajah dan
telapak tangan, ini dispensasi dengan firman Allah,” dan janganlah mereka
menampakkanperhiasannya, kecuali yang biasa tampak daripadanya”, yang dimaksud dengan perhiasan adalah
tempat perhiasan tersebut. Tempat perhiasan yang tampak nyata adalah wajah dan
telapak tangan, karena dibutuhkan pada transaksi jual beli, mengambil dan
memberi. Menurut kebiasan, semua itu tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan
memperlihatkan wajah dan telapak tangan, maka boleh diperlihatkan. Ini pendapat
Imam Hanafi radhiallahu’anhu. Dan riwayat hasan dari abi hanifah bahwa
diperbolehkan juga melihat pada kedua kakinya.( Imam al-Kasani al-Hanafi, Bada’I’ ash-Shana’I’)
Batasan Aurat Wanita dalam Fiqh Maliki
( وَ ) هِيَ مِنْ حُرَّةٍ ( مَعَ ) رَجُلٍ (
أَجْنَبِيٍّ ) مُسْلِمٍ جَمِيعُ جَسَدِهَا ( غَيْرُ الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ )
ظَهْرًا وَبَطْنًا فَالْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ لَيْسَا عَوْرَةً فَيَجُوزُ لَهَا
كَشْفُهُمَا لِلْأَجْنَبِيِّ وَلَهُ نَظَرُهُمَا إنْ لَمْ تُخْشَ الْفِتْنَةُ
فَإِنْ خِيفَتْ الْفِتْنَةُ بِهِ فَقَالَ ابْنُ مَرْزُوقٍ مَشْهُورُ الْمَذْهَبِ
وُجُوبُ سَتْرِهِمَا وَقَالَ عِيَاضٌ لَا يَجِبُ سَتْرُهُمَا وَيَجِبُ عَلَيْهِ
غَضُّ بَصَرِهِ وَقَالَ زَرُّوقٌ يَجِبُ السَّتْرُ عَلَى الْجَمِيلَةِ
وَيُسْتَحَبُّ لِغَيْرِهَا وَلَا يَجُوزُ لِلْأَجْنَبِيِّ لَمْسُ وَجْهِ الْأَجْنَبِيَّةِ
وَلَا كَفَّيْهَا.)
منح الجليل شرح مختصر خليل(
Dan aurat perempuan merdeka terhadap laki-laki tidak mahram yang
muslim adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian atas
dan bawah. Wajah dan telapak tangan keduanya bukanlah aurat, boleh dibuka
terhadap laki-laki yang bukan mahram.dan diperbolehkan melihatnya jika tidak
ditakutkan terjadi fitnah, apabila ditakutkan terjadi fitnah, Ibnu marzuki
berpendapat wajib menutup keduanya (wajah dan telapak tangan),Iyadh
berpendapat, tidak diwajibkan menutup keduanya dan diwajibkan untuk menjaga
pandangannya.dan Zurruq berpendapat diwajibkan menutupnya bagi yang cantik dan
disunnahkan kepada selainnya dan tidak diperbolehkan terhadap laki-laki yang
bukan mahram, menyentuh wajah dan telapak tangan perempuan yang bukan mahram.
Batasan Aurat Wanita dalam Fiqh Syafi’i
وَكُلُّ
الْمَرْأَةِ عَوْرَةٌ إلَّا كَفَّيْهَا وَوَجْهَهَا وَظَهْرَ قَدَمَيْهَا عَوْرَةٌ
Dan
setiap wanita adalah aurat kecuali dua telapak tangan dan wajahnya, dan kedua kakinya adalah
aurat.(Imam Syafi’i, al-Um,)
(
وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِي الصَّلَاةِ وَعِنْدَ الْأَجْنَبِيِّ ) وَلَوْ
خَارِجَهَا ( جَمِيعُ بَدَنِهَا إلَّا الْوَجْهَ ، وَالْكَفَّيْنِ ) ظَهْرًا
وَبَطْنًا إلَى الْكُوعَيْنِ
Aurat
perempuan dalam shalat dan terhadap laki-laki yang bukan mahram meskipun di
luar shalat adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan, bagian
luar dan bagian dalam, hingga pergelangan tangan.(
Asna al-Mathalib)
Batasan Aurat Wanita dalam Fiqh Hanbali
أَحْمَدُ
قَالَ : الزِّينَةُ الظَّاهِرَةُ الثِّيَابُ ، وَكُلُّ شَيْءٍ مِنْهَا عَوْرَةٌ
حَتَّى الظُّفْرَ
Ahmad
berkata: Perhiasan yang nampak adalah pakaian, dan setiap bagian
tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya (الفروع, ابن مفلح)
وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا :
الْمَرْأَةُ كُلُّهَا عَوْرَةٌ ؛ لِأَنَّهُ قَدْ رُوِيَ فِي حَدِيثٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ } .
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ :
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ .
وَلَكِنْ رُخِّصَ لَهَا فِي كَشْفِ
وَجْهِهَا وَكَفَّيْهَا ؛ لِمَا فِي تَغْطِيَتِهِ مِنْ الْمَشَقَّةِ ، وَأُبِيحَ
النَّظَرُ إلَيْهِ لِأَجْلِ الْخِطْبَةِ ؛ لِأَنَّهُ مَجْمَعُ الْمَحَاسِنِ .
وَهَذَا قَوْلُ أَبِي بَكْرٍ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ :
الْمَرْأَةُ كُلُّهَا عَوْرَةٌ حَتَّى ظُفُرُهَا .
وَالدَّلِيلُ
عَلَى وُجُوبِ تَغْطِيَةِ الْقَدَمَيْنِ مَا رَوَتْ { أُمُّ سَلَمَةَ ، قَالَتْ :
قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَتُصَلِّي الْمَرْأَةُ فِي دِرْعٍ وَخِمَارٍ
وَلَيْسَ عَلَيْهَا إزَارٌ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، إذَا كَانَ سَابِغًا يُغَطِّي
ظُهُورَ قَدَمَيْهَا } .المغني
Sebagian
ulama mazhab Hanbali berkata, ‘Sesungguhnya perempuan itu seluruh tubuhnya
adalah aurat. Karena diriwayatkan dalam hadits dari Rasulullah Saw, “Perempuan
itu aurat”. Hadits riwayat at-Tirmidzi.Dan beliau berkata, “Hadits hasan shahih”. Akan tetapi diberi
dispensasi untuk memperlihatkan wajah dan telapak tangan, karena menutupinya
menimbulkan kesulitan, dank arena boleh melihat wajah dan telapak tangan ketika
proses pertunangan, karena tempat berkumpulnya kebaikan.
Dan
pendapat abu bakar harits bin hisyam mengatakan: perempuan itu seluruhnya
aurat, sampai kukunya dan dalil atas kewajiban memnutup kedua kakinya sepperti
yang diriwayatkan ummu salamah dari Ummu Salamah. Sesungguhnya ia telah
bertanya kepada nabi saw, “Apakah seorang perempuan boleh shalat dengan
memakai baju dan kerudung, sedang dia tidak memakai sarung ? Maka Rasulullah
saw menjawab :YA, Jika baju
tersebut panjang, maka akan menutup kedua telapak kakinya.”
(Riwayat Abu Dawud).
B. Suara wanita
Semua ualama sepakat bahwa suara wanita asing itu bukanlah aurat kecuali
kalau dapat membangkitkan kenikmatan, atau takut dapat menimbulkan fitnah.
Adapaun firman Allah dalam surat al-ahzab ayat 32
32 Maka janganlah kamu tunduk [Yang dimaksud dengan tunduk di sini
ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang
tidak baik terhadap mereka.] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang
yang ada penyakit dalam hatinya [Yang
dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit Ialah: orang yang mempunyai niat
berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina] dan ucapkanlah
Perkataan yang baik.
C. Penutup
Para
fuqaha berbeda pendapat tentang batas aurat
wanita, jumhur ulama berpendapat seluruh tubuh wanita itu aurat kecuali muka dan dua
tapak tangan. Abu hanifah
pula berpendapat kaki bukan aurat. Sementara abu bakar bin Abdurrahman dan Ahmad
Ibn
hanbal berpendapat semua tubuh wanita itu aurat
tanpa kecuali.
Perselisihan
mereka adalah dalam memahami pengecualian dalam surah al-Ahzab ayat 59.
apakah yang dimaksud adalah anggota tubuh tertentu, atau
maksudnya adalah apa yang tidak bisa dihindari tampaknya ketika bergerak.
Bagi yang berpendapat maksud pengecualian dari ayat ini adalah apa yang tidak
bisa dihindari tampaknya ketika bergerak, mereka memahami seluruh tubuh wanita
adalah aurat termasuk wajah. Sedangkan bagi yang berpendapat maksud
pengecualian dari ayat ini adalah anggota tubuh tertentu, maka mereka memahami
bahwa menurut kebiasaan (العادة), anggota tubuh yang tidak tertutup adalah wajah dan dua
telapak tangan, sehingga dua anggota tubuh tersebut bukanlah aurat.
1.
Dr.H
Ahmad Mukri Aji MA, Dr.Ahmad Sudirman Abbas MA, Dr.H.Muhammad Taufiki,M.Ag, Laporan
Penelitian, Batasan Aurat (Studi Komparatif 4 madzhab) 2009.
2. Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab
3. Jalaluddin Asy-Syuyuthi &
Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain
Tidak ada komentar :
Posting Komentar